Monday, March 5, 2012

Peta Konsep

sebetulnya ini gambar gak nyambung banget sama entri nya, cuma karena bagus aku masukin -_-

Selesai makan malam, seperti biasanya aku melihat adikku yang paling bungsu sedang mencoba menghapal pelajaran-pelajaran yang diberikan sekolahnya. Aku yang awalnya iseng tiduran sebelah dia yang lagi sibuk membaca sambil menghapal, ikut nimbrung juga liatin apa yang sedang dia hapalkan. Ternyata materinya tentang pantun.

Aku melihat raut mukanya sangat bete dan aku, sebagai seorang kakak yang baik hati, cantik, dan bertanggung jawab, dengan bijaknya berkata pada adikku, "Sini deh... Kalau sistem ngapalinnya kayak gini (dibaca terus dihapal) bakalan rumit, mending kita buat peta konsepnya. Coba mana siniin kertas kosong..." ujarku dengan nada selembut violin.

Adikku yang kelas 4 SD tetap bergeming di tempatnya. Aku menyenggolnya.

"Cepetan ambilin kertas..." ujarku dengan nada setengah memaksa tapi tetap mempertahankan intensitas kelembutan nada.

Adikku menggerakkan pundaknya naik-turun, tanda menolak.

Karena kebaikan hatiku malam ini, dengan sabar aku mengambilkan kertas kosong untuknya lalu duduk di sebelahnya yang sedang rumit menghapal. Sedetik kemudian, adzan Isya' berkumandang. Dan tanpa diberi komando, adikku langsung lari keluar rumah dan mengambil sarungnya lalu berteriak, "Bu, Iyas ke masjid dulu!" Dan kemudian membanting pintu.

Dia meninggalkanku dengan kertas kosong di atas LKS Bahasa Indonesianya dan aku yang melipat tujuh ratus tujuh puluh tujuh raut muka.

Beberapa menit kemudian, ketika aku akan naik ke lantai dua menuju kamarku untuk mengerjakan tugas, adikku berteriak kembali, "Teh Aniiiss ajarin apa itu peta konseeep!!"

........

Serah lo deh, bro! Bubar jalan!

No comments:

Post a Comment

Write a comment